' rel='shortcut icon' type='image/vnd.microsoft.icon'/>

Sunday, February 3, 2019

BERSWADAYA SALAH SATU CARA CEPAT KELUAR DARI KUMUH

      
Pemerintah terus melakukan terobosan dalam rangka mengurangi kekumuhan dengan metode kolaborasi. Salah satu program yang diluncurkan adalah Program Kota Tanpa Kumuh atau yang dikenal dengan KOTAKU. Walaupun Program ini terbilang baru namun mampu membawa perubahan dalam masyarakat.
Kelurahan Letta Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. terpilih menjadi salah satu penerima dana Program Kota Tanpa Kumuh tahun anggaran 2018. Berdasarkan hasil deliniasi kumuh sesuai SK Bupati Bantaeng, dan setelah mendapatkan dana, diputuskan untuk membangun  dan menata Kawasan Lantebung Kelurahan Letta dengan luas kumuh 1,54 Ha dengan jumlah BDI yang diterima sebesar Rp. 500.000.000,-. Dalam masa pengukuran/perencanaan pembangunan, terdapat beberapa lokasi atau titik kegiatan yang bukan lahan milik pemerintah melainkan milik warga setempat , dimana loaksi tersebut adalah lahan produktif (Empang).
Melihat animo masyarakat yang sangat tinggi dan ingin keluar dari Kawasan kumuh, sehingga tidak segan-segan Syamsir Razak memberikan tanahnya kepada BKM/Pemerintah Kelurahan untuk dihibahkan sebagai jalan penghubung, entah apa yang membuat hatinya bergerak sehingga Syamsir Razak mau menyerahkan tanah/empangnya dengan ukuran awalnya 79 M x 3,5 M namun sampai pada tahap finalisasi penganggaran BDI hanya mampu 79 M x 2,5 M dan bila dirupiahkan bisa mencapai Rp. 39.500.000,- (Rp. 200.000/M3). Setelah dilakukan beberapa pertanyaan oleh tim faskel dengan beliau ternyata cukup meyakinkan jiwa sosialnya, beliau hanya mengatakan “tidak diminta-minta pak/ibu ketika ada kebakaran dibagian belakang kemana lagi aksesnya Damkar kalau bukan lewat sini (sambil menunjuk tanah yang dihibahkan)”. Padahal kalau difikir Syamsir Razak ini tidak punya lahan/rumah di bagian belakang. Dan bahkan seandainya masih ada dana yang cukup tersedia beliau menyiapkan lahan untuk pembangunan taman bermain untuk anak-anak.
Jalan tersebut juga kini tidak hanya berfungsi sebagai akses jalan bagi pejalan kaki, namun tempat hiburan bagi warga setempat karena disiapkan tempat mincing di sekitar area empang dan akan diterangi lampu pada malam hari yang aliran listriknya dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng dengan kondisi jalan yang pake relling akan aman dan nyaman dalam melintasinya. Menurut pengakuan sejumlah masyarakat, sebelum dibangun jalan tersebut sama sekali tidak bisa dilewati terutama pada musim hujan ditambah lagi air empang yang meluap.
Lain halnya dengan cerita Arfan Rahim yang menghibahkan tanahnya untuk kegiatan pembangunan jalan dan drainase yang masih dalam Kawasan kumuh lantebung dan tidak mempunyai juga kepentingan di dalam Kawasan tersebut tapi karena mendengar dari beberapa warga setempat bahwa di bagian belakang/bantaran sungai akan ditata dengan permukiman yang indah, nyaman dan asri akhirnya tergerak hatinya menghibahkan lahannya sepanjang 70 M x 2,5 M dan jika dirupiahkan menjadi Rp. 35.000.000,- katanya cukup untuk DP mobil Avansa.
Setelah dikonfirmasi oleh coordinator BKM Balla Bassia bahwa sa;ahsatu yang menggugah hatinya untuk menghibahkan lahan miliknya itu karena anak sekolah Pendidikan Anak Usia Dini yang tidak punya akses jalan yang cukup memadai dan yang membuat lagi tergerak hatinya adalah supaya masyarakat sadar bahwa hidup bersih itu jauh lebih baik karena selama ini warga ada di depan selalu buang sampah ke sungai. Alasan kedua ialah supaya motor gandeng sampan mengjangkau sampai ke permukiman bagian belakang.


0 comments:

Post a Comment